PENGENDALIAN KONFLIK MENGGUNAKAN
MANAJEMEN KONFLIK
Gaya pendekatan
seseorang atau kelompok dalam menghadapi situasi konflik dapat dilaksanakan
sehubungan dengan tekanan relatif atas apa yang dinamakan Cooperativeness dan
Assertiveness. Cooperativeness adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan
minat individu atau kelompok lain. Assertiveness adalah keinginan untuk
memenuhi kebutuhan dan minat individu atau kelompok sendiri. Gambar berikut ini
menunjukkan lima gaya manajemen konflik berkaitan dengan adanya tekanan relatif
diantara keinginan untuk menuju ke arah Cooperativeness atau Assertiveness
sesuai dengan intensitasnya, mulai dari yang rendah sampai dengan yang tinggi.
![]() ![]() |
Keterangan :
1. Tindakan menghindari : Bersikap
tidak kooperatif dan tidak asertif, menarik diri dari situasi yang berkembang,
dan atau bersikap netral dalam segala macam cuaca.
2. Kompetensi atau komando
otoritatif. Bersikap tidak kooperatif, tetapi
asertif, bekerja dengan cara menentang keinginan pihak lain, berjuang untuk
mendominasi dalam situasi menang atau kalah, dan atau memaksakan segala sesuatu
agar sesuai dengan kesimpulan tertentu, dengan menggunakan kekuasaan yang ada.
3. Akomodasi atau meratakan :
Bersikap kooperatif, tidak asertif, membiarkan keinginan pihak lain menonjo,
meratakan perbedaan-perbedaan guna memperhatikan harmoni yang diusahakan secara
buatan.
4. Kompromis :
Bersikap cukup kooperatif dan juga asetif dalam intensitas yang cukup. Bekerja
menuju ke arah pemuasan pihak-pihak yang berkepentikan, mengupayakan
tawar-menawar untuk mencapai pemecahan yang dapat di terima kedua belah pihak
meskipun tidak sampai tingkat optimal, tak seorang pun merasa menang, dan tak
seorang pun merasa bahwa yang bersangkutan memang atau kalah secara mutlak.
5. Kolaboasi (kerja sama) atau
pemecahan masalah : Bersikap kooperatif maupun
asertif, berusaha untuk mencapai kepuasan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dengan jalamn bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada, mencari, dan
memecahkan masalah hingga setiap individu atau kelompok mencapai keuntungan
masing-masing sesuai dengan harapannya.
HASIL MANAJEMEN KONFLIK
Dari
gaya manajemen konflik tersebut kemungkinan hasil yang didapat adalah sebagai berikut.
1. Konflik
Kalah – Kalah
Konflik kalah-kalah terjadi apabila tak seorangpun di antara pihak yang
terlibat mencapai tujuan yang sebenarnya, dan ada
alasan-alasan/faktor-faktorpeny ebab konflik tidak mengalami perubahan.
Sekalipun hasil konflik kalah-kalah, seakan-akan memberi kesan atau memberi
kesan lenyap untuk seme ntara waktu,ia mempunyai tendensi untuk mun cul kembali
pada masa mendatang. Hasil kalah-kalah,
biasanya akan terjadi apabila konflik dikelola dengan sikap menghindari, akomodasi,
mer atakan, dan atau maelalui kompromis.
Sikap menghindari merupakan sebuah
bentuk ekstrim tiadanya perhatian (non-attention).
Orang berpura-pura seakan-akan tidak ada dan mereka hanya berharap bahwa konflik tersebut akan
terselesaikan dengan sendirinya. Akomodasi atau meratakan, berubah menekan
perbedaan–perbedaan antara pihak yang berkonflik dan menekankan pada
persamaan-persamaan pada bidang-bidang kesepakatan. Koekstensi damai melalui
diakuinya kepentingan bersama merupakan tujuan yang titekankan. Sebagai contoh,
di indonesia, kata musyawarah untuk mufakat sering muncul dalam berbagai
situasi konflik
Kompromis akan terjadi apabila dibuat
akomodasi sedemikian rupa sehingga masing-masing pihak yang berkonflik
mengorbankan hal tertentu yang dianggap mereka sebagai hal yang bernilai.
Akibatbya adalah bahwa tidak ada satu pihak pun yang mencapai keinginan mereka
dengan sepenuhnya, dan diciptakan kondisi-kondisi anteseden untuk
konflik-konflik yang mungkin akan muncul pada masa yang akan datang.
2. Konflik
Menang – Kalah
Pada konflik Menang – Kalah, salah satu
pihak mencapai apa yang diinginkannya dengan mengorbankan keinginan pihak lain.
Hal tersebut mungkin disebabkan karena adanya persaingian, di mana orang
mencapai kemenangan melalui kekuatan, keterampilan yang superior, atau karena
unsur dominasi. Ia juga dapat merupakan hasil dari komando otoritatif, katika
seorang otoriter mendikte sebuah pemecahan dan kemudian dispesifikasikan apa
yang akan dicapai dan apa yang akan dikorbankan dan oleh siapa. Andai kata
figur otoritas tertentu merupakan pihak aktif di dalam konflik yang
berlangsung, maka kiranya mudah untuk meramalkan siapa yang akan menjadi
pemenang dan siapa yang akan kalah. Mengingat bahwa strategi-strategi menang –
kalah maka kiranya pada masa mendatang konflik – konflik akan muncul lagi.
3. Konflik
Menang – Menang
Konflik
Menang – Menang, dilaksanakan dengan jalan
menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam konflik yang terjadi. Hal
tersebut secara tipikal dicapai apabila dilakukan konfrontasi
persoalan-persoalan yang ada dan digunakannya cara pemecahan masalah untuk
–perbedaan pendapat dan pandangan. Pendekatan positif tersebut terhadap konflik
berkaitan dengan perasaan pada pihak-pihak yang sedang berkonflik bahwa ada
sesuatu hal yang salah dan hal itu perlu mendapatkan perhatian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar