Jumat, 29 Maret 2013

MANAJEMEN KONFLIK


PENGENDALIAN  KONFLIK MENGGUNAKAN MANAJEMEN KONFLIK

Gaya pendekatan seseorang atau kelompok dalam menghadapi situasi konflik dapat dilaksanakan sehubungan dengan tekanan relatif atas apa yang dinamakan Cooperativeness dan Assertiveness. Cooperativeness adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan minat individu atau kelompok lain. Assertiveness adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan minat individu atau kelompok sendiri. Gambar berikut ini menunjukkan lima gaya manajemen konflik berkaitan dengan adanya tekanan relatif diantara keinginan untuk menuju ke arah Cooperativeness atau Assertiveness sesuai dengan intensitasnya, mulai dari yang rendah sampai dengan yang tinggi.



Text Box: Cooperativeness
 
  Keterangan :

1.  Tindakan menghindari : Bersikap tidak kooperatif dan tidak asertif, menarik diri dari situasi yang berkembang, dan atau bersikap netral dalam segala macam cuaca.
2.  Kompetensi atau komando otoritatif. Bersikap tidak kooperatif, tetapi asertif, bekerja dengan cara menentang keinginan pihak lain, berjuang untuk mendominasi dalam situasi menang atau kalah, dan atau memaksakan segala sesuatu agar sesuai dengan kesimpulan tertentu, dengan menggunakan kekuasaan yang ada.
3.  Akomodasi atau meratakan : Bersikap kooperatif, tidak asertif, membiarkan keinginan pihak lain menonjo, meratakan perbedaan-perbedaan guna memperhatikan harmoni yang diusahakan secara buatan.
4.  Kompromis  : Bersikap cukup kooperatif dan juga asetif dalam intensitas yang cukup. Bekerja menuju ke arah pemuasan pihak-pihak yang berkepentikan, mengupayakan tawar-menawar untuk mencapai pemecahan yang dapat di terima kedua belah pihak meskipun tidak sampai tingkat optimal, tak seorang pun merasa menang, dan tak seorang pun merasa bahwa yang bersangkutan memang atau kalah secara mutlak.
5.  Kolaboasi (kerja sama) atau pemecahan masalah : Bersikap kooperatif maupun asertif, berusaha untuk mencapai kepuasan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan jalamn bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada, mencari, dan memecahkan masalah hingga setiap individu atau kelompok mencapai keuntungan masing-masing sesuai dengan harapannya.

HASIL MANAJEMEN KONFLIK
Dari gaya manajemen konflik tersebut kemungkinan hasil yang didapat  adalah sebagai berikut.
1.    Konflik Kalah – Kalah
Konflik kalah-kalah terjadi apabila tak seorangpun di antara pihak yang terlibat mencapai tujuan yang sebenarnya, dan ada alasan-alasan/faktor-faktorpeny ebab konflik tidak mengalami perubahan. Sekalipun hasil konflik kalah-kalah, seakan-akan memberi kesan atau memberi kesan lenyap untuk seme ntara waktu,ia mempunyai tendensi untuk mun cul kembali pada masa mendatang. Hasil kalah-kalah, biasanya akan terjadi apabila konflik dikelola dengan sikap menghindari, akomodasi, mer atakan, dan atau maelalui kompromis.
Sikap menghindari merupakan sebuah bentuk ekstrim tiadanya perhatian (non-attention). Orang berpura-pura seakan-akan tidak ada dan mereka hanya  berharap bahwa konflik tersebut akan terselesaikan dengan sendirinya. Akomodasi atau meratakan, berubah menekan perbedaan–perbedaan antara pihak yang berkonflik dan menekankan pada persamaan-persamaan pada bidang-bidang kesepakatan. Koekstensi damai melalui diakuinya kepentingan bersama merupakan tujuan yang titekankan. Sebagai contoh, di indonesia, kata musyawarah untuk mufakat sering muncul dalam berbagai situasi konflik
Kompromis akan terjadi apabila dibuat akomodasi sedemikian rupa sehingga masing-masing pihak yang berkonflik mengorbankan hal tertentu yang dianggap mereka sebagai hal yang bernilai. Akibatbya adalah bahwa tidak ada satu pihak pun yang mencapai keinginan mereka dengan sepenuhnya, dan diciptakan kondisi-kondisi anteseden untuk konflik-konflik yang mungkin akan muncul pada masa yang akan datang.

2.    Konflik Menang – Kalah
Pada konflik Menang – Kalah, salah satu pihak mencapai apa yang diinginkannya dengan mengorbankan keinginan pihak lain. Hal tersebut mungkin disebabkan karena adanya persaingian, di mana orang mencapai kemenangan melalui kekuatan, keterampilan yang superior, atau karena unsur dominasi. Ia juga dapat merupakan hasil dari komando otoritatif, katika seorang otoriter mendikte sebuah pemecahan dan kemudian dispesifikasikan apa yang akan dicapai dan apa yang akan dikorbankan dan oleh siapa. Andai kata figur otoritas tertentu merupakan pihak aktif di dalam konflik yang berlangsung, maka kiranya mudah untuk meramalkan siapa yang akan menjadi pemenang dan siapa yang akan kalah. Mengingat bahwa strategi-strategi menang – kalah maka kiranya pada masa mendatang konflik – konflik akan muncul lagi.

3.    Konflik Menang – Menang
Konflik Menang – Menang, dilaksanakan dengan jalan menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam konflik yang terjadi. Hal tersebut secara tipikal dicapai apabila dilakukan konfrontasi persoalan-persoalan yang ada dan digunakannya cara pemecahan masalah untuk –perbedaan pendapat dan pandangan. Pendekatan positif tersebut terhadap konflik berkaitan dengan perasaan pada pihak-pihak yang sedang berkonflik bahwa ada sesuatu hal yang salah dan hal itu perlu mendapatkan perhatian




Tidak ada komentar:

Posting Komentar